Perempuan dan Sinetron Indonesia


Sumber gambar: IDN Times

Beberapa waktu lalu, setidaknya ada lima Film Televisi (FTV) yang tayang perharinya di SCTV. Mulanya 2017, SCTV menayangkan tiga FTV pada jam sepuluh pagi, dua siang dan setengah dua belas malam. Sekarang semakin banyak sampai lima FTV. Belum lagi tayangan miniseri dan sinetron serial yang tidak langsung tamat. Semua  bergenre tontonan drama yang tayang di jam-jam prime time.

Tidak jauh berbeda RCTI, Indosiar maupun ANTV juga memiliki program drama unggulan. Pada jam-jam prime time ketiganya juga menayangkan serial drama.

Program drama memiliki kekhasan. Mulai dari kualitas vidiografi yang semakin bagus, pemilihan visualisasi warna-warna primer dipadu secara kontras dengan warna-warna lain melalui style pakaian artis-artisnya dan latar tempat yang dipilih, misalnya warna alami hijau pegunungan dan pedesaan. Visualisasi semacam itu menyegarkan pandangan mata (eye catching).

Tidak jarang juga tontonan drama tersebut menggunakan judul alay  tapi menggelitik. Seperti misalnya, Terinfeksi Virus Tongseng yang Ku Mau, Jangan Ada Sambel Diantara Kita, I Love 1000 Karung Beras, Cintaku di Share Location ke Hati, dan lain sebagainya. Ceritanya renyah dan ringan. Rata-rata tentang perjuangan cinta muda-mudi. Kisahnya tidak jauh ala Cinderella Story. Misalnya, kisah gadis miskin kecantol direktur perusahaan nan ganteng dan kaya. Atau gadis tukang parkir yang berantem dengan manajer hotel gara-gara tidak dapat parkiran, yang endingnya malah naksir-naksiran. Akhir ceritanya pasti happy ending. Ada juga drama yang penuh dragedi. Hingga adegan yang di luar kewajaran, seperti ibu tiri yang menyiksa anak tirinya sedemikian rupa. Semua itu justru menjadi daya tarik untuk meraih perhatian penonton.

Tontonan drama televisi memang mendapatkan respon bagus di Indonesia. Data rating yang dirilis Nielson Media Reseach seperti laporan laman Tirto.id (2018) menunjukkan bahwa komposisi jam tayang televisi didominasi sinetron dan drama. Program drama tersebut berada di waktu-waktu prime time antara jam tujuh malam sampai jam sembilan malam. Setidaknya sampai sekarang, drama menjadi program favorit yang tentu saja berpengaruh pada iklan. Rating yang tinggi, iklannya juga ramai.


Sumber foto: beritapetang.com


Daya Tarik Drama
Daya tarik program TV ditentukan oleh format programnya. Format hiburan seperti drama nampaknya lebih banyak disukai daripada format informasi. Karena, karakteristik programnya imajinatif, fiksional dengan jalan cerita yang disukai penonton, artistik dengan tampilan artis-artis idola, dramatik dalam adegan-adegan romantis hingga mistis, dan menyenangkan (Munanjar, 2019) . Drama FTV ataupun sinetron sendiri kekuatannya terletak pada kemasan, rancangan dan konsep programnya. Selain itu faktor waktu prime time juga menjadi penentu respon masyarakat. Pada beberapa statiun TV nasional, waktu prime time lebih banyak diisi program drama sinetron. Seperti, Anak  Lagit, Samudra Cinta dan Istri Kedua (SCTV), Tukang Ojek Pengkolan, Dunia Terbalik dan Maura (RCTI), Cinta yang Abadi, Bawang Putih Berkulit Merah (ANTV), dan Suara Hati Istri (Indosiar).
Setidaknya ada beberapa alasan mengapa sinteron digemari di Indonesia. MarkPlus Insight bersama Komunitas Marketeers pernah membuat riset (2010) untuk mengetahui alasan tersebut. Pertama, alur cerita yang berkaitan dengan konflik, lengkap dengan permainan emosi di dalamnya. Kedua, mimpi-mimpi yang diceritakan seperti halnya kehidupan nyata. Ketiga,  keindahan hidup yang seringkali melebihi kenyataan dan perwujudan mimpi yang biasanya ditokohkan oleh perempuan atau menjadi perhatian bagi perempuan-perempuan yang tertarik untuk menonton sinetron. Bagi perempuan, sinetron seolah menjawab desire perempuan tentang kehidupan. Desire tersebut secara imajinatif terwujud dengan melihat adegan drama idola mereka. Desire tersebut mengarahkan penonton berperilaku mengikuti idola mereka.


sumber gambar: vidio.com


Cinderella Complex
Sinetron Indonesia merepresentasikan citra perempuan. Melalui media sinetron, perempuan dicitrakan kemudian dimaknai, dipahami hingga ditiru oleh penontonnya. Jika diamati, banyak adegan dalam sinetron mengarah pada cinderella complex. Collete Dowling menyebutkan cinderella complex sebagaimana namanya cinderella adalah sebuah sindrom perempuan yang percaya bahwa mereka adalah sosok yang kesulitan dan membutuhkan bantuan hingga perjuangan laki-laki untuk menyelamatkannya. Banyak adegan sinetron merepresentasikan sindrom tersebut. Adegan tokoh perempuan dalam kesulitan selanjutnya ada laki-laki yang akan menjadi “hero” baginya.

Perempuan dalam sinetron juga digambarkan sosok yang cantik, anggun, sopan, baik hati, pekerja keras hingga mandiri, akan tetapi tidak bisa mengubah keadaan dirinya tanpa bantuan laki-laki. Dalam adegannya, perempuan adalah sosok yang butuh diayomi dan dilindungi.

Tomagola (1990) juga menyebutkan ada beberapa repersentasi sosok perempuan yang digambarkan media. Sebagaimana dalam drama sinetron yang merepresentasikan sosok perempuan yang ideal. Pertama, perempuan perlu terlihat cantik, segar hingga memikat. Kedua, perempuan harus bisa mengelola rumah tangganya dengan baik. Ketiga, perempuan memuaskan dalam hubungan seksualitas. Keempat, keharusan perempuan bisa masak. Kelima, pergaulan dan mewakili kepiawaian dan etika dalam bergaul.
Sinetron memang menjadi hiburan dan tontonan masyarakat. Meski sekarang ada youtube dan media tontotan lainnya, tapi penetrasi televisi tetap tinggi. Drama sinetron merupakan salah satu hiburan yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia, utamanya perempuan. 

Sadar atau tidak, sinetron juga menjadi pembentuk citra perempuan ideal. Bisa jadi secara tidak sadar citra tersebut akan diidentifikasi dan diinternalisasi. Perlu adanya sebuah kesadaran yang terbangun pada penontonnya bahwa sinetron adalah sebuah cerita yang diproduksi dan dikonstruksi. Setiap adegan adalah bagian dari design cerita yang tujuan akhirnya untuk meraih keuntungan dengan mendapatkan perhatian penonton sebanyak-banyaknya. Perlu disadari adegan-adegan tersebut adalah drama layar kaca dan bukan realita sesungguhnya.

#educenterid




Comments