Another Yuyu Kangkang Story


 #cerpen
 
sumber: popbela.com
Yessi terperangkap dalam Botol
Aku tidak biasa dengan keadaan ini. Bisakah membayangkan sebuah kupu-kupu --ehm, bukan! Ibuku sering mengataiku kecoak-- maksudku sebuah kecoak terperangkap di dalam botol tertutup? Ya seperti itulah keadaanku. Gisel adalah botol dan Gusti adalah tutupnya, sementara aku terjebak didalamnya tanpa mengerti bagaimana cara keluar dari situasi ini. Gisel selalu saja pandai menangkap pembicaraan Gusti. Entah ia mewarisi dari siapa keahliannya itu, yang jelas keduanya sangat kompak dan seru ketika berbincang. Sedangkan aku hanya melongo. Sama sekali aku tidak bisa menimpali setiap topik yang bergulir dan terus meloncat-loncat. Maka aku asal tersenyum saja merespon obrolan mereka. Atau, menampakkan muka pura-pura seru saja, atau mengekspresikan: “oh yaya, menarik!” Terkadang pula, aku memainkan handphone. Dalam dongeng-dongeng novel remaja, aku bak seekor kambing congek atau sebundar obat nyamuk yang diam saja dilahap api. Sungguh memalukan! “Yessi, bagaimana menurutmu?” tanya Gisel kepadaku tiba-tiba. Jelas saja keblo’onanku terumbar kemana-mana, sebab aku hanya cengar-cengir tidak berpendapat.


sumber ilustrasi: wikihow.com

  
Yessi at The Musical Drama
Surprise! Bagaimana bisa aku terpilih menjadi pemeran drama musikal Ande-Ande Lumut di sekolah. Coba kupikir! Fakta apa yang mendasari terpilihnya diriku mendapatkan peran ini. Wajah kecoklatan. Rambutku agak panjang, kata guru teater rambutku itu mendukung peranku. Betisku besar, katanya bisa menyangga beban berat. Eit! Jangan shu’udzon dulu! Aku bukannya mendapat peran Klenting Kuning yang beruntung dipersunting Ande-Ande Lumut di akhir kisah. Aku justru mendapat peran yang menantang, yakni menjadi Yuyu Kangkang. Ih, tega sekali pak guru! Masak aku harus memerankan si Yuyu Mata Keranjang itu! So, jangan penasaran siapa yang menjadi pemeran utama wanitanya! Tentu saja peran Klenting Kuning itu disabet oleh Gisel. Kata Pak Guru, kulit Gisel segar bagai buah peer dan cocok memerankan si Klenting Kuning. Aku sih sebenarnya tidak apa-apa dia mendapatkan peran prestisius itu. Namun, yang aku tidak terima adalah Gusti yang tampan bagai Lee Min Ho itu yang jadi Ande-Ande lumutnya. “Yessi, ayo kangkangkan supitmu. Jangan ditekuk begitu!” idih Pak Guru membuatku malu. Semuanya melihat padaku dengan geli, termasuk Gusti dan Gisel.



Cepet Gusti!  Bel Sekolah segera Berbunyi

sumber ilustrasi: pngflow.com

Hari ini masuk sekolah dan waktu sudah menunjukkan setengah tujuh. Namun nasi goreng belum siap, lauk baru digoreng. Alhasil, aku terbirit-birit mengeluarkan belalang tempur dari kandangnya. Valentino Rossi menjelma dalam diriku, Belalang tempur pun berlari secepat kuda liar. Seperti kata Paulo Chelho, alam semesta bersatu-padu mendukungku untuk sampai tepat waktunya. Segala tikungan dan aral jalan kulalui dengan cepat. Sangat menakjubkan, mirip sebuah perburuan James Bond mengejar musuh paling berbahaya. Belalang tempur ku gas sekencang mungkin. Dan, ciiiiiiitttt! Belalang tempur menjerit tertahan, mirip tikus kejepit pintu. Hampir saja, tikus itu tumbang. Untung sekuat tenaga kakiku menyangganya. Seseorang di depanku tak kalah sekuat tenaga mengendalikan sekuter-nya yang slebor depannya retak karena kutabrak. Namun, justru ia yang terburu-buru turun dari motornya dan menghampiriku. “Gusti maaf, Kau tidak apa2. maaf, ya…” kata Yessi, si gadis berkulit cokelat itu berkali-kali.


Yessi, Don’t be foolish!
Dan inilah hari itu. Sebuah drama akhir sekolah yang harusnya menjadi kenangan termanis buat siswa kelas tiga sepertiku. Sayangnya, ini akan menjadi kenangan paling memalukan. Tidak hanya kenanganku saja, namun semua orang akan mencatat akhir prestasi seniku di sekolah ini, yakni hanya menjadi Yuyu Kangkang.

sumber ilustrasi: cerita rakyat

“Yuyu kangkang, akan ku tusuk kau dengan pedang sodo lanang ini (sodo lanang adalah pedang sakti milik Klenting Kuning) agar kau pingsan,” kata Gisel Si Klenting Kuning. Semua orang bertepuk tangan. Gila, dimana nurani banyak orang yang bertepuk tangan melihat penganiyayaan terhadap Yuyu kangkang. Sungguh tidak berperikehewanan.
Ande-Ande lumut akhirnya tahu kalau cinta suci dan sejatinya adalah Klenting Kuning, maka ia pun mempetsunting dan mengajak Klenting Kuning berdansa. Klenting-Klenting yang lain memble karena ditolak pangeran Ande-Ande lumut...oh so sweet! Namun, ketika jam 12 malam berdentang, Klenting Kuning pergi meninggalkan ruang pesta dan menjatuhkan pedang sodo lanang (Ups, jadi mirip Cinderella). Pangeran pun mengejarnya mati-matian. Sampai akhirnya di pinggir danau ia harus menyeberang dan bertemu dengan Yuyu Kangkang. Suwer! Hatiku deg-degan. Pangeran Gusti Ande Ande Lumut yang gagah bagai Lee Min Ho menghampiriku dan memintaku, “Yuyu Kangkang, seberangkan aku ke sana. Kalau kau tidak mau maka akan kutusuk kau dengan sodo lanang ini.” Tentu saja ini adalah tuntutan sekenario. Aku tidak terima jika ia benar-benar menusukku. Dan menurut sekenario juga, maka Aku si Yuyu Kangkang akan menyeberangkan Ande-Ande Lumut segera untuk mengejar Si Klenting Kuning. “Yuyu Kangkang...” Pangeran Gusti Ande-Ande Lumut menyadarkanku dari bengong.
“Pangeran,” Aku ragu mengatakannya, “Aku akan menyeberangkanmu. Asal....” Aku menahan dialogku, “Kau mau menciumku!” dialog hasil improvisasiku akhirnya terucap. Semua penonton terperangah mendengar dialog yang superbodoh itu. Aku memang bodoh menyangka Pangeran Gusti akan mengabulkannya. Di sudut panggung, Guru teater sibuk berbisik-bisik, “Hei, Yuyu Kangkang gila! Dialogmu salah.” Sungguh memalukan!



Gusti  Ends the Sweetest Story

sumber ilustrasi: popbela.com


Akhirnya drama Ande-Ande Lumut telah usai. “Gusti, aku pulang dulu,” Gisel berpamitan padaku. Aku melenggang pulang dengan belalang tempur-ku. Sampai rumah aku hanya ingin mandi. Hari ini aku mendapatkan sebuah gift istimewa. Mirip hadiah natal dari santa clause atau angpao saat imlek atau baju baru saat lebaran. More than it, it’s the greatest thing from the silly girl! Gadis ini memang konyol! Tapi,.......... ia lucu. Aku masih ingat kecuekannya saat aku berbincang dengan Gisel waktu itu. Ia acuh dan sibuk sendiri dengan Hpnya. Cara dia memainkan rambut, ekspresi wajahnya, semuanya spontan, imut dan menggemaskan. Aku menyesal telah merusak slebor sekuternya saat itu. Harusnya aku mengajaknya ke bengkel untuk mereparasi sekuter yang kutabrak itu. “Oh! Yessi, kau memang gadis konyol. Terima kasih, kau mengucapkan dialog improvisasi itu!” Itu ending cerita yang paling kusuka bahwa Pangeran Ande-Ande Lumut tidak jadi menikah dengan Klenting manapun. Namun, ia justru jatuh cinta pada Yuyu Kangkang dan menciumnya di pinggir danau. Huft! Bukankah itu romantis.... * The end




Comments