Saya tergabung dalam sebuah komunitas bernama Desperate
Housewives. Komunitas ini beranggotakan 7 ibu-ibu rumah tangga yang berasal
dari Surabaya, Gresik, Mojokerto dan Jombang.
Desperate Housewives saat meet-up di Mojokerto (formasi tidak lengkap) |
Komunitas ini terbentuk tanpa sengaja, ketika kami yang notabene
teman satu almamater dari sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya terhubung
kembali dalam sebuah Grup WhatsApp (WAG) yang kembali merasakan serunya
berkumpul dalam dunia maya WAG. Kami kerap melakukan obrolan-obrolan santai
melalui grup ini, saling bercerita sampai bercanda. Lalu kenapa namanya Desperate
Housewives? Bukankah artinya adalah ibu rumah tangga yang putus asa? Apakah anggotanya
adalah ibu-ibu yang putus asa?
Sebelum menjawab itu, saya ingin menceritakan tentang
perjalanan kami hingga sekarang ini. Sebelumnya, saya teringat dan ingin
mengutip sebuah quote yang berbunyi:
Biarkan Ramadhan menjadi bulan yang menyembuhkanmu. Ikhlaslah
dengan yang sudah terjadi, hadapi apa yang akan terjadi -anonym-
Quote tersebut saya
kutip karena Ramadhan tiga tahun yang lalu adalah titik pijak bagi kami. Bahwa,
kami ternyata tidak hanya ingin reuni dan ngobrol sana sini di dunia maya. Akan
tetapi kami bersama-sama ingin hadapi apa yang akan terjadi melalui aksi di
dunia nyata. Kegelisahan tersebut muncul karena kami ingin saling menguatkan
sama lain, agar menjadi berdaya dan bermanfaat. Sebagaimana pesan Rosulullah
Saw bahwa ‘sebaik-baik
manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain’.
Spirit itu muncul usai
kami melakukan khataman al Quran yang kami lakukan secara online via WAG. Pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an secara
online itu alhamdulillah khatam sampai 3 kali. Karenanya, kegiatan-kegiatan
komunitas ini yang kemudian muncul dan kami lakukan, kami yakini sebagai bagian
dari keberkahan yang tidak putus-putus kebaikannya, dan terus bertambah dari
khataman al-Qur’an tersebut. Kami juga mempererat hubungan tali silaturrahmi
lewat kegiatan meet-up bersama.
Dari hasil silaturrahmi
tersebut kami merencanakan lalu melakukan beberapa kegiatan sosial. Di mulai dari
menggalang bantuan donasi untuk korban gempa di Lombok (2018). Donasi tersebut
dikirimkan untuk para korban gempa. Tidak hanya itu, salah seorang anggota
komunitas Desperate Housewives juga turut berangkat langsung menjadi relawan. Gempa
kembali terjadi di Palu, Sigi dan
Donggala (2018). Kami kembali menggalang dana untuk kembali di salurkan kepada
saudara-saudara di Palu, Sigi dan Donggala. Kita tahu betapa hancur dan luluh
lantaknya Palu, Sigi dan Donggala waktu itu.
Kegiatan sosial lainnya
diantaranya, pendampingan belajar jurnalistik di sekolah. Inisiatif program tersebut
muncul karena kami ingin mengamalkan pengetahuan dan wawasan yang pernah kami
peroleh di media. Beberapa diantara kami pernah menjadi wartawan harian dan
media nasional. Berbekal pengalaman tersebut, kami berbagi salah satunya kepada
SD At-Takmiriyah Surabaya. Mereka diajak memahami apa itu jurnalistik, bagaimana
wawancara, hingga menulis berita yang diterbitkan dalam sebuah buletin. Kegiatan
tersebut sempat diberitakan oleh beberapa harian cetak di Surabaya. Salah satunya
oleh Times Indonesia [1]
sumber ilustrasi: facebook/desperate housewivesss |
Program refreshing untuk Emak-Emak juga menjadi salah satu program
Desperate Housewives yang diberi nama Mom’s Time Out. Program tersebut muncul
dari hasil refleksi diri betapa tugas dan peran ibu rumah tangga itu seabreg. Rutinitas ibu rumah tangga itu, kegiatan yang bahkan
tidak dipandang sebagai pekerjaan, akan tetapi aktivitasnya hampir memenuhi 24
jam. Ibu-ibu itu sudah berbuat banyak untuk keluarganya. Untuk itu, melalui program
Mom’s Time Out emak-emak diajak untuk refresing dan rehat sejenak dari rutinitas hariannya. Waktu ini ada
dua orang ibu rumah tangga yang terpilih berlibur bersama Desperate Housewives,
yaitu ibu rumah tangga yang mengajar di sebuah Taman Kanak-Kanak dengan gaji
hanya 200 ribu perbulan. Juga, ada sopir ambulance untuk anak-anak pengidap
kanker di Yayasan Peduli Kanker Indonesia (YPKI). Mengapa dua orang ini yang
terpilih? Karena keduanya tidak hanya mengabdi di keluarganya masing-masing,
akan tetapi juga memiliki kepedualian sosial terhadap sesamanya melalui profesi
atau pekerjaan yang mereka tekuni. Sungguh menjadi apresiasi luar biasa kepada
mereka yang selalu mendedikasikan dirinya untuk kemanusiaan. Selengkapnya ada
dalam berita feature di harian Jawa Pos atau JPNN.com[2].
sumber ilustrasi: facebook/desperate housewivesss |
Kebutuhan rumah tangga
yang terus meningkat menjadi perhatian kami. Salah satu program yang responsif
terhadap problem tersebut adalah Blenka atau Belanja Kaget. Blenka merupakan program
sosial Desperate Housewives berupa berbagi (donasi) paket kebutuhan pokok
sembako kepada mereka yang membutuhkan. Blenka disebarkan mulai dari Mojokerto,
Surabaya, Gresik dan Jombang. Blenka bekerjasama dengan donatur-donatur dan
disalurkan dengan penuh tanggungjawab dan transparan. Blenka sudah berjalan
sejak 2018 lalu. Meski ada beberapa kali jeda open donasi dan penyaluran, akan
tetapi Blenka masih berjalan dengan baik sampai sekarang ini. Termasuk ketika geblug atau pandemi global covid 19 sedang kita alami
sekarang ini, paket sembaku sangatlah bermanfaat. Oleh karena itu, menyadari
banyaknya orang yang terdampak pandemi ini, maka Blenka edisi sekarang ini (April
– Mei 2020) merupakan edisi khusus dimana donasi akan disalurkan khusus bagi
mereka yang terdampak pandemi covid 19. Untuk mengetahui lebih lanjut kegiatan
Blenka, bisa dikepoin fanpagenya Despeate Housewivew dengan nama triple
s di belakangnya, yaitu: Desperate Housewivesss dan instagam radio: DHCreate_Media. paket sembako
tersebut berupa beras, gula, minyak, kecap, teh, dan bahan sembako lainnya.
Bukan hanya itu,
Desperate Housewives juga membentuk grup bisnis bernama: DH Bussines Community.
Anggota grudp DH Busines community adalah ibu-ibu rumah tangga yang sedang mengelola
bisnis, baik skala kecil maupun besar. Dalam grup itu, Kami juga menghadirkan
pemateri yang bersedia tidak dibayar dan memberi materi dengan keikhlasan hati.
Dan inilah pada
akhirnya, mengapa namanya Desperate Housewives?
Karena Kami ingin menjadi antitesa dari nama komunitas tersebut yaitu desperate
housewives, bahwa kami bukanlah Emak-emak rumah tangga yang tidak berguna. Akan
tetapi, kami bercita-cita untuk bangkit bersama baik untuk anggota ataupun
sesama. Dan kami ingin selalu responsif terhadap sebagai bentuk uluran tangan bagi
mereka yang membutuhkan, meskipun itu adalah hal kecil dan sepele. Demikian
yang bisa saya bagi dan semoga bermanfaat. (machtumah
malayati)
#zakat
#KebaikanBebagi
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
[1]
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/192749/siswa-sd-takmiriyah-antusias-jadi-jurnalis-cilik
[2]
https://www.jpnn.com/news/komunitas-desperate-housewives-ajak-emak-emak-bahagia
Comments
Post a Comment