Sekali Lagi, Novel Kang Abik Bikin Baper


Resensi Novel

Judul Novel     : Bidadari Bermata Bening
Penulis             : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit           : Republika Penerbit
Tanggal Terbit : Cetakan I, April 2017
Tebal               : iv + 337 halaman
ISBN               : 978-602-0822-64-8

Terjadi sebuah pergeseran dalam memaknai cinta dan pernikahan. Utamanya, di era 1960-an hingga sekarang. Pada saat itu banyak muncul film-film Bollywood dan Hollywood yang membingkai cinta diperjuangkan oleh pecinta. Mereka melewati masa sulit, kemudian bernyanyi, menari, lalu bahagia selamanya. Bersamaan dengan film-film tersebut, bertebaran mitos media termasuk tentang pernikahan. Bahwa pernikahan adalah sebuah hasil pencapaian dari perjuangan panjang perasaan cinta. Tema yang serupa juga ditemukan dalam novel-novel karya Habiburrahman El Shirazy. Bedanya, cerita Kang Abik dibalut dengan aturan syariat Islam.

Sekali lagi, Novel Kang Abik –Habiburrahman El Shirazy- ‘Bidadari Bermata Bening’ juga bertema tentang perjuangan cinta. Ayna Mardeya yang menjadi tokoh sentral dari novel tersebut adalah seorang khadimah atau abdi dalem di sebuah pesantren. Meski seorang khadimah, Ayna adalah seorang gadis yang cantik, mandiri, pintar yang meraih nilai UN tertinggi di Jawa Tengah, sekaligus jago karate.

Gambaran sosok Ayna menegaskan bahwa tokoh-tokoh perempuan hampir di setiap novel Kang Abik adalah sosok yang sempurna. Seperti Aisha pada novel Ayat-Ayat Cinta, Ana Althafunnisa pada novel Ketika Cinta Bertasbih, dan Dewi Zahrana dalam novel Cinta Suci Zahrana. Novel-novel Kang Abik bercerita tentang perjuangan cinta dan jodoh seorang perempuan. Tema-tema semacam ini memang banyak digandrungi oleh perempuan-perempuan khususnya para remaja. Kang Abik seolah ingin menyampaikan bahwa keyakinan dan keteguhan cinta seseorang akan mendapatkan takdir indah dari yang Maha Kuasa jika ditempatkan pada aturan yang benar.

Alur dan tema novel diramu menjadi alur kisah yang selalu mampu bikin baper. Sebab, ceritanya ala cinderella centris, dimana seorang gadis yang baik hati yang menderita akhirnya menemukan seorang pangeran yang mempersuntingnya.

“Bagaimana mungkin aku bercanda untuk urusan penting seperti ini,” ungkap Afif, tokoh pria dalam novel Bidadari Bermata Bening, “Kau sudah tahu diriku. Aku bahkan tidak pernah satu kalipun menggodamu atau mencandaimu selama kau berkhidmah pada kedua orang tuaku. Aku serius, Ayna. Demi Allah, aku serius! Dan aku ke sini tidak dengan niat maksiat, tapi mengajak ibadah!” itulah lamaran Afif, seorang Gus yang diam-diam dicintai oleh Ayna (hlm.148).

Berbicara cinta memang setua usia manusia. Meski Kang Abik mengatakan bahwa novel ini intinya mengisahkan tentang semangat berprestasi seorang abdi dalem pesantren, akan tetapi secara garis besar novel ini bertema cerita cinta. Dan sama dengan novel karya Kang Abik lainnya seperti Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Cinta Suci Zahrana, dan lain-lain, Bidadari Bermata Bening ini juga bercerita tentang perempuan yang cantik, pintar, dan religius. Itu menjadi salah satu benang merah dari karya-karya Kang Abik.

Benang merah yang lain adalah Kang Abik selalu jago mengiming-iming untuk travelling ke luar negeri, terutama timur tengah. Bidadari Bermata Bening ini salah satunya berlatar kawasan Jubaiha, Amman, Jordan. Seperti beberapa novel lainnya, juga menggambarkan geliat kehidupan apartemen.

Purnama menyepuh kawasan Jubaiha. Dari Balkon apartemennya di lantai lima, Ayna menikmati suasana senja. Di bawahnya sana tampak jalan Ahmed At Tarawenah masih ramai. Di sepanjang jalan itu berdiri kafe, restoran dan pertokoan yang memenuhi kebutuhan mahasiswa. Itu adalah jalan legendaris bagi mahasiswa yang belajar di The University of Jordan, Amman. (hlm 323)

Pada Ayat-Ayat Cinta berlatar tempat di Cairo. Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar di tengah petala langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir seakan menguapkan bau neraka. Hembusan angin sahara disertai debu yang bergulung-gulung menambah panas udara...(hlm 15).

Bertalian dengan itu, karya-karya novelis jebolan Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir tersebut juga lebih banyak berlatar belakang pendidikan. Khoirul Azadil Azam (Ketika Cinta Bertasbih) berusaha lulus studi di Universitas Al Azhar Cairo sambil berjualan tempe, Fahri bin Abdillah (Ayat-Ayat Cinta) adalah pelajar Indonesia yang berusaha meraih gelar masternya di Universitas Al Azhar, Cairo, termasuk Ayna dalam Bidadari Bermata Bening, yang juga berupaya meraih pendidikan sampai ke University of Jordan, Amman. Meski kisah kehidupan dalam novel Bidadari Bermata Bening terkesan sempurna, akan tetapi cerita tersebut mendapat perhatian banyak pembaca, termasuk para santri Pesantren Tebuireng Jombang yang hadir dalam peluncuran perdana Novel Bidadari Bermata Bening tersebut, Jumat (28/4) yang diselenggarakan di Masjid Ulul Albab, Tebuireng.

Sekali lagi tema ini adalah tema yang digandrungi oleh banyak remaja. Kisah cinta yang bisa jadi tidak kita jumpai pada cara orang tua kita dahulu memaknai cinta yang kemudian dirajut dalam pernikahan. Kang Abik sangat jago dalam mengambil tema-tema yang dramatik ala cinderella yang bersakit-sakit dahulu, berjodoh dengan ‘pangeran’ kemudian.

Comments