Penat? Terapilah dengan Melipat Brosur


sumber: wikihow.com

Hmm! Kita menjalani hidup selama 24 jam per hari. Selama itu pula kita melakukan hal yang sama atau perulangan setiap harinya. Rasanya sangat menjenuhkan terutama bagi pekerja administrasi seperti saya. Tiba-tiba teringat, sebuah posting facebook kawan saya yang mengatakan bahwa agar kita menjadi orang yang beruntung, maka pintar-pintar berinvestasi untuk masa depan. Apalagi, kalau bisa memiliki pasif-income, itu lebih bagus. Sayangnya, hiks! Aku belum mampu memiliki pasif-income.

Okelah, sampailah saya pada hari senin (01/08). Hari yang kata orang hari yang patut dibenci, I hate monday. But, not for me. Saya tidak benci hari senin, juga tidak mencintainya. Sebab, tidak ada yang berbeda yang dilakukan pada senin ini. Ritme aktivitas masih sama. Tidak apa-apa sih. Tidak perlu dipikir jeru! Kata Ustadz Bahruddin Albari, M.HI, agar aktivitas kita tidak sia-sia, maka setiap aktivitas awali dengan basmallah dan niat yang baik, innama a’malu bin niat. Nah, ini baru investasi akhirat (pasif-income).

Tapi, ada yang berbeda Senin ini. Yang berbeda adalah ketika saya melipat brosur bersama teman-teman di kantor. Eits, gak special sih. Toh, itu juga bukan jobdiskripsi saya. Akan tetapi, melipat brosur saat itu menjadi sangat bermanfaat, terutama saat pikiran penat. Brosur tersebut adalah brosur promosi sebuah perguruan tinggi. Saya browsing-browsing sebentar tentang pengertian brosur. Secara definitif, brosur [n] (1) bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem; (2) cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid; (3) selebaran yang berisi keterangan singkat, tetapi lengkap (tentang perusahaan atau organisasi).
Jadi, brosur itu media informasi dan promosi.

Dulu, orang-orang promosi dengan cara gethuk tular, di-gethuk lalu ditularkan, baik bis syirri atau dengan cara berteriak-teriak di tempat strategis,

seperti pasar atau gerbang kota. Lama kelamaan, cara ini ditinggalkan karena banyak menguras tenaga. Nah, kalo iklan tertulis awalnya ditemukan pada peradaban Yunani kuno, yaitu mempromosikan tentang budak yang lari dari majikannya atau pengumuman pertandingan Gladiator. Hadewh, serem. Nah, pada saat itu iklan/brosur masih berupa surat edaran. Lambat laun ditemukan konsep brosur dengan tulisan tangan, di mana brosur tersebut dicetak dalam kertas yang cukup besar. Dan cara/konsep ini diaplikasikan di Inggris. Tercatat iklan tertulis berupa brosur dan poster pertama kali di dunia cetak di Inggris pada zaman Imperial Intelligencer pada tahun 1648 hingga 1850-an dan cukup berkembang diseluruh Eropa. Bisnis percetakan brosur dan poster pada saat itu berkembang terutama untuk mengiklankan produk barang dagangan. Pada tahun 1880-an banyak agen yang memproduksi brosur untuk iklan secara massal. Pada abad 20 manajemen periklanan mulai ditetapkan sehingga semuanya terorganisir dengan baik.

Lalu bagaimana di Indonesia?

Di Indonesia brosur mulai dikenal pada tahun 1870, yakni digunakan untuk promosi perusahaan secara komersial. Brosur pertama kali ada dari perusahaan Belanda. Walaupun brosur saat itu masih sederhana, namun telah dikenal alat cetak brosur secara massal. Pada era 1930 hingga 1942, brosur mulai berkembang pesat di Indonesia.[1]

sumber: ru-cafe.ru
Oh begitu! Semoga tidak tambah pusing membaca definisi ini. Coba baca brosur-brosur unik.

Nah, kesimpulan saya setelah melipat brosur pada senin itu. Bahwa, melipat brosur juga bisa menjadi metode terapi. Saya sendiri merasakannya. Terutama terapi dari kejumudan dan kepenatan bekerja. Mengapa bisa jadi metode penyembuhan terapi. Karena, dengan melipat brosur menjadikan kita santai. Otot yang tegang jadi regang dan longgar. Agar terasa lebih efektif maka, lakukan pelipatan brosur bersama dengan seorang teman, atau lebih. Jadi, jangan lakukan sendiri. Ingat jangan lakukan sendiri. Karena kalau dilakukan sendiri, bisa jadi malah membuat anda semakin jenuh dan terbebani, apalagi kalau lipat brosunya sampai 10.000 lembar. Oh Allah! Keriting tuh tangan!

Itu keuntungan pertama!

Keuntungan kedua, seperti yang saya sampaikan, jangan sampai melipat brosur sendiri. Pastikan dilakukan bersama teman, apalagi rame-rame malah jadi seru. Nah, keuntungan keduanya apa? Sembari melipat brosur, 100 persen saya yakin akan terjadi sebuah obrolan-obrolan ringan bersama dengan pelipat brosur yang lain. Pada saat itu, tentu saja akan ada informasi-informasi yang jarang terungkap, tapi diungkapkan di forum lipat brosur itu. Kalau anggota pelipat adalah pegawai kantor, maka akan terungkap siapa yang biasa mengeluh soal gaji, siapa yang suka mencuri waktu (korupsi waktu dengan main facebook melulu, atau ngejar Pokemon Go). Bisa juga, kita dapat informasi yang dimiliki si bos, yang sebenarnya cuma dishare pada pekerja tersebut. Jadi lumayankan, dapat info dikit-dikit. Bahkan, siapa yang suka (maaf, ngupil) juga bisa ketahuan di forum itu. Sip kan!

Keuntungan yang ketiga, mendapat kesempatan interaksi dan bergaul. Sekali lagi dari Mbah Google menuturkan pada cucunya –siapalagi kalau bukan aku! Hehehe- bahwa interaksi dengan baik juga bisa memperpanjang usia kita. Sebab, dengan interaksi, bisa membuat hati senang dan memuncratkan hormon dopamin yang menyenangkan. Oh Allah! Terima kasih.

sumber: pinterest.com

Keuntungan yang keempat, latihan kerapian. Melipat brosur itu bukan serta merta asal lipat. Akan tetapi, kita harus bisa menemukan lipatan sesuai dengan ukurannya. Selain itu, melipat brosur dalam jumlah banyak baiknya tidak dilakukan satu-satu, hadewh bisa memakan waktu lama, dan bisa jadi kita malah dikejar waktu. Sehingga, bukannya kita menjadi upaya refreshing, tapi malah bikin kepala pusing! Ogah!! Jadi, melipat brosur bisa dilakukan dalam jumlah banyak. Sekali lipat langsung sepuluh sampai dua puluh langsung dilipas sesuai garisnya, sisanya kita tinggal merapikan saja. Nah, semua itu membutuhkan ketrampilan dan kebiasaan.

Nah, dengan demikian, melipat brosur menjadi ketrampilan mengasah kerapian.
Keuntungan lain yang bisa jadi anda rasakan, tapi ini kayaknya bonus deh. Ketika melipat brosur, apalagi salah satu pelipatnya adalah someone special. Bisa dipastikan, melipat brosur ibarat menggulung sutra. Panasnya ruangan tidak terasa malah berubah sejuk bagai di pantai hawai. Atau, maunya malah melipat brosuk banyak-banyak sebanyak lembaran-lembaran baru yang ingin diarungi bersama si dia. Ehem! Senangnyaaaa.

Nah, inilah keuntungan melipat brosur. Jangan dikira pekerjaan yang satu ini tidak menguntungkan. Tentu saja menguntungan. Karena sudah saya buktikan banyak sekali keuntungannya. 

Saya kembali ke ruangan dengan senang. Energi tercharge dengan baik. Dan alhamdulillah, senin yang menyenangkan!!

Comments